SEJARAH PERADABAN ISLAM TENTANG “PERANG SALIB”
MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Semester II Tarbiyah Mata Kuliah Tarikh Tasyrik
Sumiyati S.Pd.I S.Sy M.Pd.I
NIDN: 2117099001
Disusun Oleh:
Haris Rosi
JURUSAN SYARI’AH
PROGRAM STUDI AKHWAL
AL-SYAKHSIYYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
MEMPAWAH
2018
KATA
PENGANTAR
بِسْمِ اللَهِ الرَّ حْمَنِ الرَّ حِيْمِ
Dengan menyebut
nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami panjatkan puja dan
puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “ Sejarah
Peradaban Islam”. Dengan judul “Sejarah Peradaban Islam Tentang
Perang Salib”. Dapat terselesaikan dengan baik dan semampu kami.
kami menyadari
bahwa dalam penyusunan tugas ini masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahannya.
Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sangat kami
harapkan dari berbagai pihak sebagai bahan perbaikan dalam proses penyusunan
materi yang selanjutnya.
Tak lupa ucapan
terima kasih kami haturkan kepada Sumiyati S.Pd.I,S.Sy,M.Pd.I selaku dosen
mata kuliah “Sejarah Peradaban Islam” karena atas jasa dan
pengaruhnya kami dapat mengetahui materi tersebut. Tak lupa pula kami ucapkan
terimakasih kepada Ayah dan bunda tercinta serta kepada rekan-rekan
seperjuangan karena atas dorongan dan semangat kerja samanya yang baik sehinga
kami dapat aktif dalam mengikuti proses belajar pada saat ini. Akhirnnya kami
sampaikan terima kasih.
Mempawah, 28 November 2017
Penulis
KATAPENGANTAR.......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................................... 2
C. Tujuan Masalah....................................................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perang Salib............................................................................................... 3
B. Penyebab Terjadinya Perang Salib............................................................. 4
C. Priodisasi Perang Salib............................................................................... 7
D. Jalannya Perang Salib................................................................................ 8
E. Pengaruh Perang Salib di Dunia Islam.................................................... 13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................. 16
B. Saran........................................................................................................ 16
Daftar
Pustaka............................................................................................. 17
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Islam telah mencapai masa kejayaan
yang luar biasa. Di mulai dari masa Khulafa’ur Rosyidin yang dilanjutkan
dengan dinasti Umayyah I hingga Abbasiyah II, kejayaan yang telah dicapai tidak
hanya dalam aspek sosial ekonomi saja, akan tetapi ekspansi wilayah kekuasaan
islam juga tidak kalah menggemilangkan. Perluasan daerah Islam behkan telah
mencapai dataran Eropa yang saat itu berada pada kekuasaan bangsa barat yang
tidak bisa dianggap remeh.
Disintegrasi dibidang politik sebenarnya
sudah muncul sejak berakhirnya pemerintahan Bani Umayyah, tetapi dalam sejarah
politik Islam terdapat perbedaan antara pemerintah Bani Umayyah dan
pemerintahan Abbasiyah. Perbedaan tersebut ialah masa pemerintahan Bani
Umayyah, wilayah kekuasaan sejajar dengan batas-batas wilayah kekuasaan Islam
(mulai awal berdiri sampai pada masa kehancurannya).
Pada masa pemerintahan Abbasiyah,
wilayah kekuasaannya tidak pernah diakui di daerah Spayol dan di daerah Afrika
Utara. Kecuali Mesir yang bersifat sebentar-sebentar, bahkan pada kenyataanya
terdapat banyak daerah yang tidak dikuasai oleh Khalifah. Hal itu dikarenakan
seorang khalifah dari Abbasiyah tidak mengurus daerah yang sudah ditaklukan,
hanya sekedar penaklukan dan pendirian saja. Selain itu para khalifah Abbasiyah
pada periode terakhir cenderung hidup bermewah-mewah.
Faktor-faktor diatas menyebabkan
beberapa golongan yang tidak sepaham dengan Dinasti Abbasiyah mendirikan negara
ataupun kerajaan. Diantarany adalah Thahiriyah di Khurasan, Samaniyah di
Transoxania, Buwaihiyah di Baghdad, Ayubiyah di Kurdi, Fatimiyah di Mesir,
hingga Seljuk yang menduduki Lima daerah besar pada mulanya ketika palestina
berada pada kekuasaan Dinasti Fathimiyah, tidak ada pertentangan dari penduduk
pribumi. Karena kerajaan Fatimiyah memberikan kebebasan penduduk pribumi yang
notabence beragama Kristen, kebebasan yang diberikan berupa Jaminan keselamatan
dan jaminan kebebasan menjalankan ritual keagamaan mereka di kota suci
Yarussalem. Akan tetapi hal ini berbeda ketika Yarussalem telah ditaklukkan
oleh kerajaan Seljuk.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
itu perang salib?
2.
Apa
penyebab terjadinya perang salib?
3.
Bagaimana
priodisasi perang salib?
4.
Bagaimana
jalannya perang salib?
5.
Bagaimana
pengaruh perang salib di dunia Islam?
C.
Tujuan Masalah
1.
Ingin
mengetahui ap itu perang salib.
2.
Ingin
mengetahui apa penyebab terjadinya perang salib.
3.
Ingin
mengetahui bagaimana priodisasi perang salib.
4.
Ingin
mengetahui jalannya perang salib.
5.
Ingin
mengetahui pengaruh perang salib di dunia Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Perang salib
Amar Stain (2017) Perang
salib ialah serangkaian perang agama selama hampir 2 abat lebih sebagai reaksi
terhadap kristen eropa terhadap islam asia.
Menurut Philip K.Hitti
perang salib adalah reaksi dunia kristen di eropa terhadap dunia islam di Asia,
sejak tahun 632 M yang merupakan pihak penyerang di syiria dan Asia kecil,
tetapi juga di sepanyol dan sisilia.
Perang ini terjadi
karena sejumlah kota dan tempat suci kristen diduduki islam sejak 632, seperti
di suriah, asia Kecil, Spanyol, dan Sisilia. Militer Kristen menggunakan salib
sebagai simbol yang menunjukan bahwa perang ini suci dan bertujuan membebaskan
kota suci Baitul maqdis (Yerus Salim ) dari orang islam.
Peristiwa perang salib
terjadi pada masa daulah Bani Abbasiyah IV dalam kekuasaan Turki Bani Saljuk.
Perang salib awalnya disebabkan adanya
persaingan pengaruh antara islam dan Kristen. Penguasa islam Alp Arselan yang
memimpin gerakan ekspensi yang kemudian dikenal dengan “Peristiwa Manzikart”
pada tahun 464 H ( 1071 ) mwnjadikan orang – orang Romawi terdesak. Tentara Alp
Arselan yang hanya berkekuatan 15.000 prajurit, dalam peristiwa ini berhasil
mengalahkan tentara romawi yang berjumlah 200.000. Peristiwa besar ini
menanamkan benih permusuhan dan kebencian orang-orang Kristen terhadab umat
islam, yang kemudian mencetuskan Perang salib.
Pidato yang mungkin paling besar hasilnya dalam
sejarah ialah pidato Pous Urbanus II pada tanggal 26 November 1095 di Clemont (
prancis selatan ), orang-orang Kristen mendapat suntikan untuk mengunjungi
kuburan-kuburan suci dan merebutnya dari orang-orang bukan Kristen serta
menaklukan mereka. Seruan bersama “Tuhan menghendaki yang sedemikian” menggelora
di seluruh negeri dan memiliki pengaruh psikologis, baik di lapisan masyarakat
bawah maupun atas. Di musim semi tahun berikutnya, 150.000 orang yang terdiri
dari sebagian besar orang-orang prancis dan berkumpul di konstaninopel. Perang
salib pertama pun dimulai.
Perang salib berlangsung 200 tahun lamanya, dari
mulai 1095-1293, dengan 8 kali penyerbuan. Perang tersebut bertujuan untuk
merebut kota suci palestin, tempat “tapak Tuhan berbijak”, dari tamgan kaum
muslim.
B.
Penyebab terjadinya perang salib
Ahmad Mustofa
(2008:126-127) Sebab langsung perang salib adalah pendudukan pasukan seljuk
yang sebelumnya dikuasai fathimiyah pada 1070. Selama perang, pasukan seljuk
juga terlibat konflik dengan kekaisaran Bizantium yang sedang lemah dan
perbatasannya tidak memiliki pertahanan yang kuat. Ketika pasukan Seljuk
melewati perbatasan dan memasuki anatolia, mereka mengalahkan Bizantium dalam
Perang Manzikurt pada 1071.
Dalam satu dekade,
orang-orang nomoden Turki bebas menjelajahi Anatolia bersama ternak meraka dan
para amir mendirikan negara-negara kecil disana, yang dijalankan oleh
orang-orang Muslim yang melihat Anatolia sebagai perbatasan baru dan negeri
yang memberikan peluang. Tidak berdaya menghentikan laju orang-orang turki ini,
Kaisar Bizantium Alexius Comneus I meminta bantuan paus pada 10921 dan sebagai
jawabannya, Paus Urbanus II menyerukan Perang Salib Pertama Pendudukan pasukan
Perang Salib di daerah-daerah anatolia tidak mampu menghentikan penakhlukan
Turki atas Wilayah tersebut. Pada akhir abad 13, orang-orang Turki telah
mencapai Mediterania; pada abad 14 mereka menyebrangi laut Aegean, menetap di
Balkan, dan sampai di Danube.
Belum pernah ada
penguasa muslim mampu menimbulkan kekalahan besar semacam itu bagi Bizantium,
yang dibelakangnya ada nama besar kekaisaran Romawi Kuno. Karena itu, orang
Turki dengan bangga menyebut negara baru mereka di Anatolia itu sebagai “Rum”
atau Roma. Meskipun kekhalifahan mengalami kemunduran, umat Islam kini telah
berekspansi ke dua daerah yang sebelumnya tidak pernah menjadi bagian dari Darul-Islam,
yaitu Eropa Timur dan sebagian India barat Laut, yang kelak menjdi daerah yang
sangat produktif.
Ferdiana (2017) Perang
Salib (491 H – 692 H/ 1097 M – 1292 M) ialah suatu peperangan yang dilakukan
oleh umat Kristen Eropa terhadap umat Islam dengan tujuan untuk membebaskan
Palestina, khususnya kota suci Yerusalam dan kekuasaan umaat Islam. Perang
Salib ini berlangsung selama kurang ± 200 tahun, terdiri atas tujuh gelombang
yang menyebabkan berjuta-juta orang gugur baik dari pihak Islam maupun pihak
Kristen.
Peperangan tersebut dinamakan Perang Salib karena
tentara Kristen memakai lambing Salib dalam rangka mempersatukan umat Kristen
untuk menghadapi umat Islam.Sebenarnya Perang Salib ini bukanlah semata-mata
perang agama tetapi ada latar belakang lain yang mempengaruhinya, antara
lain
1. Pertama, Perebutan kekuasaan
antara Timur dan Barat yang berlangsung sejak zaman Rumawi di Barat, dan Persia
(Sekarang Iran) di Timur, padahal Persia dahulu dikenal beragama Majusi.
2. Kedua, Agama Kristen
berkembang pesat di Eropa setelah Paus Paulus mengalihkan kiblatnya ke Roma dan
menjauhkan dari ajaran aslinya di tempat kelahirannya di Timur. Kemudian
data ng agama Islam
menghancurkan penjajahan Eropa yang bertopeng agama Kristen di Syiria, Mesir
dan Afrika Utara. Islam masuk ke daratan Eropa yaitu dengan menguasai Andalusia
(Spanyol) di Barat dan Konstantinopel di Timur. Dengan masuknya Islam ke Eropa
maka orang Kristen di Eropa menggalang persatuan untuk menghadapi kekuasaan Islam.
3. Ketiga, Di bidang perdagangan
Eropa ingin sekali menguasai kembali pelabuhan-pelabuhandi laut Tengah,
sehingga mereka dapat menguasai perdagangan antara Timur dan Barat.
4. Keempat, Sebagian pembesar
Eropa ingin menguasai tanah-tanah yang subur di negara Timur, untuk itu mereka
memberikan peluang kepada budak-budak untuk memerdekakan diri dengan jalan ikut
Perang Salib.
5. Kelima, Para peziarah dari
Eropa sering menbuat kekacauan selama berada di Palestina. Mereka membawa obor
dan pedang serta pasukan pengawal yang bersenjata lengkap, sering menimbulkan
kerusuhan di antara mereka. Untuk lebih menganmankan suasana, penguasa Islam
melarang peziarah membawa senjata serta obor, tetapi larangan itu mereka anggap
sebagai suatu penghinaan terhadap ajaran Kristen, apa lagi sebagian dari
peziarah itu terdiri dari penjahat-penjahat yang ingin menghapus dosanya. Para
pemimpin agama Kristen mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa para
penjahat tidak akan diampuni dosanya kecuali bila mereka melakukan ziarah ke
Baitul Maqdis.
Amar Stain (2017) Ada beberapa faktor yang memicu
terjadi perang salib. Adapun yang menjadi faktor terjadinya perang salib ada
tiga yaitu:
1) Faktor Agama
Sejak dinasti saljuk merebut Baitul Maqdis dari tangan
Dinasti Fathimiyah pada tahun 1070 M, Pihak kristen merasa tidak bebaslagi
menunaikan ibadah ke sana karena penguasa Saljuk menerapkan sejumlah peraturan
yang di anggap mempersulit mereka yang hendak berziarah ke baitul Maqdis.
2) Faktor Politik
Kekalahan Bizantium
sejak 330 di sebutkan Konstanti Nopel (islambul) di Manzikart, wilayah Armenia,
pada 1071 dan jatuhnya Asia keil kebawah kekuasaan Saljuk telah mendorong
Kaisal Alexius I untuk meminta bantuan kepada Paus Urbanus II (1035-1099); yang
menjadi paus antara tahun 1088-1099 M, dalam usahanya untuk mengembalikan
kekuasaan di daerah penduduk Dinasti Saljuk. Paus Urbanus II bersedia membantu
Bizantium karena adanya janji Kaisar Alexius untuk tunduk di bawah kekuasaan
Paus di Roma dan harapan untuk dapat pempersatukan kerajaan yunani dan Roma.
Dan di pihak lain
kondisi islam pada waktu itu sedang melemah sehingga orang kristen di eropa
berani untuk ikut mengambil perang Salib.
3)
Faktor Sosial Ekonomi
Para pedagang besar
yang berada di pantai timur laut Tengah, Terutama yang berada di kota Vanesia, Genoa,
Pisa, berambisi untuk menguasai sejumlah kota dagang di sepanjang pantai timur
dan selatan laut Tengah untuk memperluas jaringan dngan mereka. Sehingga mereka
mau membantu dalam perang salib, stratifikasi sosial mereka Eropa ketika itu
terdiri dari 3 kelompok yaitu: kaum kristen, kaum ksatria, serta kaum jelata.
Mereka mayoritas terdiri dari kaum jelata tapi kehidupan mereka sangat
tertindas terhina mereka harus tunduk terhadap aturan mereka sehingga saat
mereka mengambil bagian dari perang salib dengan janji mereka akan di beri
kesejahtraan dan kebebasan mereka menyambutnya dengan sepontan dan semangat.
C.
Periodisasi Perang Salib
1. Periode I
Amar Stain (2017) Periode pertama, disebut periode
penaklukan (1009-1144). Hassan Ibrahim Hassan dalam buku Tarikh Al-Islam
menggambarkan pasukan salib pertama yang dipimpin oleh Pierre I’ermite sebagai
gerombolan rakyat jelata yang tidak memiliki pengalaman perang, tidak disiplin,
dan tanpa persiapan. Pasukan salib ini dapat dikalahkan oleh pasukan Dinasti
Saljuk.
Pasukan Salib berikutnya dipimpin oleh Godfrey of
Bouillon. Gerakan ini lebih merupakan militer yang terorganisasi rapi. Mereka
berhasil menduduki kota suci Palestina (Yerusalem) pada 7 Juli 1099.
Kemenangan pasukan salib pada periode ini telah
mengubah peta dunia Islam dan berdirinya kerajaan-kerajaan Latin-Kristen di
timur, seperti Kerajaan Baitulmakdis (1099) di bawah pemerintahan Raja Godfrey,
Edessa (1099) di bawah Raja Baldwin, dan Tripoli (1099) di bawah kekuasaan Raja
Reymond.
2.
Periode II
Periode kedua atau disebut periode reaksi umat Islam
(1144-1192). Kemenangan kaum muslimin ini, terlihat jelas setelah munculnya
Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi (Saladin) di Mesir yang berhasil membebaskan
Baitulmakdis pada 2 Oktober 1187.
Dalam perang salib ini akhirnya pihak Richard dan
pihak Saladin sepakat untuk melakukan gencatan senjata dan membuat pejanjian.
Inti perjanjian damai itu adalah daerah pedalaman akan menjadi milik kaum
muslimian dan umat Kristen yang akan berziarah ke Baitulmakdis akan terjamin
keselamatannya. Adapun daerah pesisir utara, Arce, dan Jaita berada di bawah
kekuasaan tentara salib
3. Periode III
Periode ketiga (1193-1291) lebih dikenal dengan
periode perang saudara kecil-kecilan atau periode kehancuran didalam pasukan
salib.
Dalam periode ini, muncul pahlawan wanita dari
kalangan kaum muslimin yang terkenal gagah berani, yaitu Syajar Ad-Durr. Ia
mampu menunjukkan kebesaran Islam dengan membebaskan dan mengizinkan Raja Louis
IX kembali ke negerinya, Perancis.
D.
Jalannya Perang Salib
Jefri Barus (2017) Jalannya perang Salib terbagi atas
beberapa periode. berikut beberapa periode dalam Perang Salib.
1. Perang Salib I
Pada musim semi tahun 1095, 150.000 orang eropa
,sebagian besar bangsa bangsa Prancis dan Norman, berangkat menuju
konstantinopel, kemudian ke Palestina. Tentara salib yang dipinpin oleh
Godfrey, Bohemond, dan raymond ini memproleh kemenangan besar. Pada 18 juni
1097 mereka berhasil menaklukkan Nicea dan pada 1098 menguasai raha (Edessa).
Di sini mereka mendirikan Country Edessa
dengan baldwin sebagai raja.
Pada tahun yang sama mereka dapat menguasai Antiokia
dan mendirikan kepangeranan Antiokia di Timur, Bohemond dilantik menjadi
rajanya. Mereka juga berhasil menduduki Baitul maqdis (yerusalem) pada 15 Juli
1099 M dan mendirikan kerajaan Yerusalem dengan rajanya, Godfrey. Setelah
penaklukan baitul maqdis itu, tentara salib melanjutkan ekspresinya.
Mereka menguasai kota Akka (1104), Tripoli (1109) dan
kota Tyre (1124). An Di Tripoli mereka mendirik County Tripoli, rajanya adalah
Raymond. Selanjutnya, Syeikh Imaduddin Zengi pada 1144, penguasa Mosul Dan irak
, berhasil menaklukkan kembali Aleppo, hamimah, dan Edessa. Namun ia wafat pada
1146. Tugasnya dilanjutkan oleh putranya, Syeikh Nurruddin Zengi. Syeikh
nuruddinberhasil merebut kembali antiokia pada 1149 dan pada 1151, seluruh
Edessa dapat direbut kembali.
2. Perang salib II
Jatuhnya County Edessa
menyebabkan orang-orang Kristen mengobarkan Perang Salib II. Paus Eugenius III
menyampaikan perang suci yang disambut positif oleh Raja Prancis, Louis VII,
dan Raja Jerman, Conrad II. Keduanya memimpin pasukan salib untuk merebut
wilayah Kristen di Syria. Akan tetapi, gerak maju mereka dihambat oleh Syeikh
Nuruddin Zengi. Mereka tidak berhasil memasuki Damaskus. Louiz VII dan Conrad
II sendiri melarikan diri pulang ke negrinya. Syeikh Nurruddin wafat 1174.
Pimpinan perang kemudian dipegang oleh Sultan Salahuddin al-Ayubbi yang
berhasil mendirikan Dinasti Ayyubiyah di mesir pada 1175, setelah berhasil
mencegah pasukan Salib untuk menguasai Mesir.
Hasil peperangan Salahuddin yang terbesar adalah
merebut kembali Yerusalem pada 1187, setelah beberapa bulan sebelumnya dalam
pertempuran Hittin, Salahuddin berhasil mengalahkan pasukan gabungan Country Tripoli dan kerajaan Yerusalem
melalui taktik penguasaan daerah. Dengan demikian berakhirlah kerajaan Latin di
Yerusalem yang berlangsung selama 88 tahun. Setelah Yerusalem, tinggal Tirus
merupakan kota besar Kerajaan Yerusalem yang tersisa. Tirus saat itu dipinpin
oleh Conrad dari Montferrat berhasil sukses dari pengepungan yang dilakukan
Salahuddin sebanyak dua kali. Salahuddin kemudian mundur dan menaklukkan kota
lain, seperti Arsus dan jaffa.
3. Perang Salib III
Jatuhnya Yerusalem ke tangan kaum muslim sangat
memukul perasaan tentara Salib. Mereka pun menyusun rencana balasan.
Selanjutnya, tentara Salib dipinpin oleh Frederik Barbarosa (Raja Jerman),
Richard si hati Singa (Raja Inggris), dan philip Agustus (Raja Prancis)
memunculkan Perang Salib III.
Pasukan ini bergerak pada 1189 dengan dua jalur
berbeda. Pasukan Richard dan Philip melalui jalur laut dan pasukan
Barbarossa-saat itu merupakan yang terbanyak di Eropa melalui jalur darat,
melewati Konstantinopel. Namun, barbarossa meninggal di daerah Cilicia karena
tenggelam di sungai, sehingga menyisakan Richard dan Philip.
Sebelum menuju Tanah Suci, Richard dan Philip sempat
menguasai Siprus dan mendirikan kerajaan Siprus. Meskipun mendapat tantangan
berat dari Salahuddin, namun mereka berhasil merebut Akka yang kemudian di
jadikan ibu kota kerajaan latin. Philip kemudian kembali ke Prancis untuk
“menyelesaikan” masalah kekuasaan di Prancis dan hanya Richard yang melanjutkan
Perang Salib III. Richard tidak mampu memasuki palestina lebih jauh, meskipun
bisa beberapa kali mengalahkan Salahuddin.
Pada 2 November 1192, dibuat perjanjian antara tentara
Salib dengan Salahuddin yang di sebut dengan Shulh al-Ramlah. Dalam perjanjian
ini di sebutkan bahwa orang-orang Kristen yang pergi berziarah ke Baitul Maqdis
tidak akan diganggu.
4. Perang Salib IV
Pada 1219, meletus kembali peperangan yang di kenal
dengan perang salib periode keempat, dimana tentara Kristen dipimpin oleh Raja
Jerman, Frederick II, mereka berusaha merebut Mesir lebih dahulu sebelum ke
palestina, dengan harapan dapat bantuan dari orang-orang kristen Koptik. Dalam
serangan tersebut, mereka berhasil menduduki Dimyath, Raja Mesir dari Dinasti
Ayubbiyah waktu itu, al-Malik al-Kalim, membuat perjanjian dengan
Frederick. Isinya antara lain :
a. Frederick bersedia melepaskan Dimyath, sementara al-malik al-kalim
melepaskan palestina.
b. Frederick menjamin keamanan kaum Muslimin di Dimyath dan tidak mengirim
bantuan kepada Kristen di Syiriah.
Dalam perkembangan berikutnya, Palestina dapat direbut
kembali oleh kaum Muslimin pada 1247, pada masa pemerintahan al-Malik
al-Shalih, penguasa Mesir selanjutnya.
Ketika Mesir dikuasai oleh dinasti Mamalik yang
menggantikan posisi Dinasti Ayubbiyyah, pimpinan perang dipegang oleh Baibars,
Qalawun, dan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah. Pada masa merekalah Akka dapat
direbut kembali oleh kaum Muslimin pada 1291. Demikianlah Perang Salib yang
berkobar di Timur. Perang ini tidak berhenti di barat, Spanyol, sampai umat
Islam terusir dari sana.
Amar Stain (2017) Perang Salib yang berlangsung dalam kurun waktu
hamper dua abad, yakni antara 1095-1291 M, terjadi dengan serangkaian
peperangan.
Pada tahun 490 H/ 1096 M, pasukan salib yang dipimpin oleh komamdan Walter
dapat ditundukkan oleh kekuatan Kristen Bulgia. Kemudian Peter yang mengomando
kelompok kedua pasukan salib bergerak melalui Hongolia dan Bulgaria. Pasukan
ini berhasil menghancurkan setiab kekuatan yang menghalanginya. Seorang
penguasa negri Nicea berhasil menghadapinya bahkan sebagian pemimpin salib
berkenan memeluk Islam dan sebagian pasukan mereka terbunuh dalam peperangan
ini.
Setahun kemudian pada tanggal 491 H/ 1097 M, pasukan Kristen di bawah
komando Goldfrey bergerak dari konstantinopel dan berhasil menaklukkan Antioch
setelah mengepungnya selama 9 bulan.
Setelah berhasil menundukkan Antioch pasukan salib bergerak ke Ma’arrat
An-Nu’man, sebuah kota termegah di Syria. Pasukan salib selanjubnya menuju
Yerussalem dan dapat menaklukannya danagn mudah.
Selama terjadi peperangan tersebut, terjadi perselisihan antara sultan
saljuk hal ini memudahkan pasukan salib merebut wilayah islam. Dalam kondisi
seperti ini datanglah Muhammad yang berusaha mengabaikan komflik internal dan
menggalang kesatuan dan kekuatan Saljuk untuk mengusir pasukan salib dan
Baldwin penguasa yerussalem penganti Goldfrey dapat di kalahkan.
Sepeninggal Sultan Mahmud, Tampil seorang perwira muslim yang cakap dan
gagah pemberani. Ia adalah Imaduddin Zanki, seorang anak dari pejabat tinggi
siltan Malik Syah. Satu persatu Zanki meraih kemenangan atas pasukan salib,
hingga ia merebut wilayah Eddesa pada tahun 539 H 1144 M.
Penaklukan Eddesa merupakan keberhasilan Zanki yang
terhebat, dalam penaklukan Eddesa Zanki tidak berlaku kejam terhadap
penduduknya sebagaimana tindakan pasukan salib. Dalam perjalanan penaklukan Kalat Jabir, Zanki
terbunuh oleh tentaranya sendiri.
Kepemimpinan Imaduddin Zanki digantikan oleh putranya yang bernama Nuruddin
Mahmud. Ia segera memainkan peran baru sebagai penakluk. Keberhasilan Nuruddin
menaklukkan koto Damaskus membuat sang KHalifah berkenan memberi gelar
kehormatan Al-Malik Al-Adil.
Shalahuddin, putra Najamuddin Ayyub, lahir pada tahun
1167 M. Ayahnya adalah pejabat kepercayaan pada masa Imanuddin Zanki , dan masa
Nuruddin.
Shalahuddin memusatkan perhatiannya untuk menyerang
Yerussalem, da mana ribuan rakyat muslim dibantai oleh pasukan salib Kristen. Setelah beberap[a lama terjadi pengepungan,
pasukan salib kehilangan semangat tempur dan memohon kemurahan hati sang
sultan. Jiwa sang sultan terlalu lembut dan penyayang untuk melaksanakan
dandamnya, sehingga Sultan pun memaafkan mereka.
Jatuhnya Yerussalem dalam kekuasaan Shalahuddin menimbulkan keprihatinan
besar kalangan tokoh-tokoh Kristen. Sehingga Kaisar Jerman yang bernama
Frendick Barbarosa, Philip August, kaisar Pracis yang bernama Richrd, beberapa
pembesar Inggris, membentuk gabungan pasukan Salib.
Pada tanggal 14 Sebtember 1189 M. Shalahuddin terdesak oleh pasukan salib
namun keponakannya bernama Taqiyuddin berhasil mengusir pasukan salib dari
posisinya dan mengembalikan hubungan dengan Acre. Kota Acre kembali terkepung
selama hamper dua tahun. Sekalipun umat muslim menghadapi situasi yang serba
sulit selama pengepungan ini, namun mereka tidak patah semangat.
Sultan Shalahuddin merasa kepayahan menghadapi perang ini, selama
itu pasukan muslim dilanda wadah penyakit dan kelaparan.
Setelah berhasil menundukkan Acre, pasukan salib bergerak menuju Ascolan
dipampin Jenderal Richrd. Bersama dengan itu Shalahuddin sedang mengarahkan
pasukannya dan tiba di Ascolon lebih awal. Ketika tiba di Ascolon, Richrd
menapat kota ini telah di kuasai oleh pasukan shalahuddin. Merasa tidak berdaya
mengepung kota ini, Richard mengirim delegasi perdamaian menghadab shalhuddin.
Akhirnya sang Sultan menerima tawaran damai tersebut dan mengakhiri perang
salib ke tiga.
“Hari kematian Shalahuddin merupakan musibah bagi islam dan umat islam,
sungguh tidak ad duka yang melanda mereka setelah kematian empat kholifah
pertama yang melebihi dika atas kematian Saultan Shalahuddin .
Dua tahun setelah meninggalnya Shalahuddin juga berkobar Perang Salib atas
inisiatif Paus Celesti III. Namun , sesungguhnya peperangan antara pasukan
muslim dan pasukan Kristen telah berakhir dengan usainya Perang Salib tiga.
Sehingga peperangan berikutnya tidak dikenal.
E.
Pengaruh Perang Salib di Dunia Islam
Perang Salib yang terjadi sampai pada akhir abad XIII memberi pengaruh kuat
terhadap Timur dan Barat. Di samping kehancuran fisik, juga meninggalkan perubahan
yang positif walaupun secara politis, misi Kristen-Eropa untuk menguasai Dunia
Islam gagal. Perang Salib meninggalkan pengaruh yang kuat terhadap perkembangan
Eropa pada masa selanjutnya.
Akibat yang paling tragis dari Perang Salib adalah hancurnya peradaban
Byzantium yang telah dikuasai oleh umat Islam sejak Perang Salib keempat hingga
pada masa kekuasaan Turki Usmani tahun 1453. Akibatnya, seluruh kawasan
pendukung kebudayaan Kristen Orthodox menghadapi kehancuran yang tidak
terelakkan, yang dengan sendirinya impian Paus Urban II untuk unifikasi dunia
Kristen di bawah kekuasaan paus menjadi pudar.
Perubahan nyata yang merupakan akibat dari proses panjang Perang Salib
ialah bahwa bagi Eropa, mereka sukses melaksanakan alih berbagai disiplin ilmu
yang saat itu berkempang pesat di dunia Islam, sehingga turut berpengaruh
terhadap peningkatan kualitas peradaban bangsa Eropa beberapa abad sesudahnya.
Mereka belajar dari kaum muslimin berbagai teknologi perindustrian dan
mentransfer berbagai jenis industri yang mengakibatkan terjadinya perubahan
besar-besaran di Eropa, sehingga peradaban Barat sangat diwarnai oleh peradaban
Islam dan membuatnya maju dan berada di puncak kejayaan.
Bagi umat Islam, Perang Salib tidak memberikan kontribusi bagi pengebangan
kebudayaan, malah sebaliknya kehilangan sebagian warisan kebudayaan. Peradaban
Islam telah diboyong dari Timur ke Barat. Dengan demikian, Perang Salib itu
telah mengembalikan Eropa pada kejayaan, bukan hanya pada bidang material,
tetapi pada bidang pemikiran yang mengilhami lahirnya masa Renaisance. Hal
tersebut dapat dipahami dari kemenangan tentara Salib pada beberapa episode,
yang merupakan stasiun ekspedisi yang bermacam-macam dan memungkinkan untuk
memindahkan khazanah peradaban Timur ke dunia Masehi-Barat pada abad
pertengahan.
Di bidang seni, kebudayaan Islam pada abad pertengahan mempengaruhi
kebudayaan Eropa. Hal itu terlihat pada bentuk-bentuk arsitektur bangunan yang
meniru arsitektur gereja di Armenia dan bangunan pada masa Bani Saljuk. Juga
model-model arsitektur Romawi adalah hasil dari revolusi ilmu ukur yang lahir
di Eropa Barat yang bersumber dari dunia Islam.
Perang Salib memberi kontribusi kepada gerakan eksplorasi yang berujung
pada ditemukannya benua Amerika dan route perjalanan ke India yang mengelilingi
Tanjung Harapan. Pelebaran cakrawala terhadap peta dunia mempersiapkan mereka
untuk melakukan penjelajahan samudera di kemudian hari. Hal tersebut
berkelanjutan dengan upaya negara-negara Eropa melaksanakan kolonisasi di
berbagai negeri di Timur, termasuk Indonesia.
Bagi dunia Islam, Perang Salib telah menghabiskan asset kekayaan bangsa dan
mengorbankan putera terbaik. Ribuan penguasa, panglima perang dan rakyat
menjadi korban. Gencatan senjata yang ditawarkan terhadap kaum muslimin oleh
pasukan salib selalu didahului dengan pembantaian masal. Hal tersebut merusak
struktur masyarakat yang dalam limit tertentu menjadi penyebab keterbelakangan
umat Islam dari umat lain.
Walaupun demikian, di sisi lain Perang salib membuktikan kemenangan militer
Islam di abad pertengahan, yang bukan hanya mampu mengusir Pasukan Salib,
tetapi juga pada masa Turki Usmani mereka mampu mencapai semenanjung Balkan
(abad ke-14-15) dan mendekati gerbang Wina (abad ke-16 dan 17), sehingga hanya
Spanyol dan pesisir Timur Baltik yang tetap berada di bawah kekuasaan Kristen.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan ini
dapat disimpulkan bahwa perang salib bukanlah perang karena agama tetapi perang
perebutan kekuasaan daerah. Perang ini dinamakan perang salib karena angkatan
perang tentara Nasrani menggunakan tanda salib dan mendapat restu dari Paulus
di Roma. Angkatan perang ini terjadi sebanyak 8 kali.
Perang salib memakana
waktu yang sangat lama. Membawa pengaruh besar pada semaraknya lalu lintas
perdagangan asia dan eropa. Mereka banyak mengetahui hal-hal baru seperti
adanya tanaman rempah-rempah dan lain-lainnya.
B. Saran
Dari hasil kesimpulan di atas, maka
kami mengharapkan agar pembaca dapat memberikan saran-saran yang tidak menutup
kemungkinan dapat mendatangkan manfaat bagi makalah ini, dimana berupa kritikan yang dapat
membangun dan mengembangkan lagi makalah yang akan datang. Demikian
beberapa kesimpulan yang dapat penulis sajikan dalam Makalah ini, semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi kami pribadi.
DAFTAR PUSTAKA
Alfatih, Ferdiana. Sebab-Sebab terjadinya Perang Salib. http://ferdianaalfatih.blogspot.co.id. 20 November 2017.
Barus, Jefry. Jalannya Perang Salib.
http://jeffrypranatabarus.blogspot.co.id. 20 November 2017
Mustofa, Ahmad. 2008. Sejarah Islam Singkat. Yogyakarta. ELBANIN
MEDIA.
Stain, Amar. Makalah Sejarah Peradaban Islam. https://amarstain.blogspot.co.id. 20 November 2017.
Comments
Post a Comment