Sejarah Bahasa Indonesia

  

SEJARAH BAHASA INDONESIA

 

LOGO

 

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok

Mata Kuliah Bahasa Indonesia

(Dosen Pembimbing: Hamzah S.Pd M.Si)

Oleh

Kelompok 1:

1.      Haris Rosi

2.      Mayuri

3.      Jefri

 

 

 

 

JURUSAN SYARI’AH

PROGRAM STUDI AKHWAL AL SYAKHSIYYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MEMPAWAH

2017

KATA PENGANTAR

بِسْÙ…ِ اللَÙ‡ِ الرَّ Ø­ْÙ…َÙ†ِ الرَّ Ø­ِÙŠْÙ…ِ

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalahBahasa Indonesia. Dengan judul “sejarah bahasa indonesia”. Dapat terselesaikan dengan baik dan semampu kami.

kami menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahannya. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sangat kami harapkan dari berbagai pihak sebagai bahan perbaikan dalam proses penyusunan materi yang selanjutnya.

Tak lupa ucapan terima kasih kami haturkan kepada bapak Hamzah, S.Pd, M.Si selaku dosen mata kuliah “Bahasa indonesia” karena atas jasa dan pengaruhnya kami dapat mengetahui materi tersebut. Tak lupa pula kami ucapkan terimakasih kepada Ayah dan bunda tercinta serta kepada rekan-rekan seperjuangan karena atas dorongan dan semangat kerja samanya yang baik sehinga kami dapat aktif dalam mengikuti proses belajar pada saat ini.

Akhirnnya kami sampaikan terima kasih.

 

 

 

 


Mempawah, 15 Oktober 2017

 

Penulis

 

 DAFTAR ISI

 

            KATAPENGANTAR.......................................................................................... i

            DAFTAR ISI........................................................................................................ ii

            BAB I PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang........................................................................................... 1

B.     Rumusan Masalah...................................................................................... 1

C.     Tujuan Masalah.......................................................................................... 1

 

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A.    Sejarah Bahasa Indonesia.......................................................................... 2

 

BAB III PEMBAHASAN

A.    Bagaimana Sejarah Bahasa Indonesia dan Perkembangan Bahasa Indonesia            12

BAB IV PENUTUP

A.    Kesimpulan.............................................................................................. 16

B.     Saran........................................................................................................ 16

Daftar Pustaka............................................................................................... 17

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.    Latar Belakang

Sejarah panjang yang telah dilalui bangsa Indonesia mulai dari zaman kerajaan, zaman penjajahan, hingga berbentuk republik seperti saat ini telah memunculkan keanekaragaman bahasa di negeri yang bersemboyankan bhinneka tunggal ika ini. Tak jarang keanekaragaman bahasa yang dimiliki oleh bangsa Indonesia membuat komunikasi antar masyarakat yang berbeda daerah menjadi cukup sulit. Semua daerah pasti memiliki corak dan ragam bahasanya masing-masing. Mulai dari bahasa minang, jawa, sunda, melayu Riau, besemah, batak, dan masih banyak lagi yang lainnya. Dengan kekayaan bahasa yang dimiki oleh  bangsa Indonesia, semua rakyat Indonesia disatukan melalui semangat kebhinekaan dengan ditetapkannya bahasa indonesia sebagai bahasa persatuan.

Begitu pula berbagai peristiwa penting yang terjadi didalam sejarah bahasa indonesia ini yang harus dibahas agar bisa mengetahui semua kebinekaan dan keragaman serta peristiwa yang ada yang disatukan dalam satu bahasa yaitu bahasa indonesia.

B.     Rumusan Masalah

1.      Bagaimana Sejarah Bahasa Indonesia?

C.    Tujuan

1.      Ingin Mengetahui Bagaimana Sejahar Bahasa Indonesia.

BAB II

TUJAUAN PUSTAKA

 

A.    Sejarah Bahasa Indonesia

Kurnawan Saputra (2017) Bahasa Indonesia adalah varian bahasa Melayu, sebuah bahasa Austronesia dari cabang bahasa-bahasa Sunda-Sulawesi, yang digunakan sebagai lingua franca

di Nusantara sejak abad-abad awal penanggalan modern. Aksara  pertama dalam bahasa Melayu atau Jawi ditemukan di pesisir tenggara Pulau Sumatera, hal tersebut mengindikasikan bahwa bahasa ini menyebar ke berbagai tempat di Nusantara dari wilayah ini, berkat penggunaannya oleh Kerajaan Sriwijaya yang menguasai jalur perdagangan. Istilah Melayu atau sebutan bagi wilayahnya sebagai Malaya sendiri berasal dari Kerajaan Malayu yang bertempat di Batang Hari, Jambi, dimana diketahui bahasa Melayu yang digunakan di Jambi menggunakan dialek "o" sedangkan dikemudian hari bahasa dan dialek Melayu  berkembang secara luas dan menjadi beragam. Pemerintah kolonial Hindia-Belanda menyadari bahwa bahasa Melayu dapat dipakai untuk membantu administrasi bagi kalangan pegawai pribumi karena penguasaan bahasa Belanda untuk para pegawai pribumi dinilai lemah. Pada awal abad ke-20 perpecahan dalam bentuk baku tulisan bahasa Melayu mulai terlihat. Pada tahun 1901, Indonesia sebagai Hindia-Belanda mengadopsi ejaan Van Ophuijsen dan pada tahun 1904 Persekutuan Tanah Melayu (kelak menjadi  bagian dari Malaysia) di bawah Inggris mengadopsi ejaan Wilkinson. Ejaan Van Ophuysen diawali dari penyusunan Kitab Logat Melayu (dimulai tahun 1896) van Ophuijsen, dibantu oleh Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Kemudian pada tahun 1908 Pemerintah Hindia-Belanda (VOC) mendirikan sebuah badan penerbit buku-buku bacaan yang diberi nama Commissie voor de Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat).

Sedangkan Menurut Muhammad Guntur (2017) Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa persatuan indonesia. Bahasa indonesia berasal dari bahasa Melayu penggunaan istilah “ Bahasa Melayu” telah dilakukan pada masa sekitar 683-686, yaitu angka tahun yang tercantum pada beberapa prasasti berbahasa melayu kuno dari Palembang dan Bangka. Prasasti-prasasti ini ditulis dengan aksara Pallawa atas perintah raja Kerajaan Sriwijaya. Awal penamaan Bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa bermula dari Sumpaj Pemuda pada Tanggal 28 Oktober 1928. Disana, pada kongres Nasional Kedua di Jakarta diumumkanlah penggunaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa untuk Negara Indonesia pasca merdeka.

Soekarno tidak memilih bahasa sendiri, yaitu bahasa jawa (yang sebenarnya juga mayoritas pada saat itu), namun beliau memilih bahasa indoneia yang beliau besarkan dari bahasa Melayu yang diturunkan di Riau.

Menurut Joko Yulianto (2017) Bahasa Melayu Riau di pilih sebagai bahasa persatuan negara Republik Indonesia atas beberapa pertimbangan sebagai berikut:

1.    Jika bahasa Jawa di gunakan, suku-suku bangsa atau puak lain di Republik Indonesia akan merasa dijajah oleh suku Jawa yang merupakan puak (golongan) mayoritas di Republik Indonesia.

2.    Bahasa Jawa jauh lebih sukar di pelajari di bandingkan dengan bahasa Melayu Riau. Ada tingkatan bahasa halus, biasa, dan kasar yang digunakan untuk orang yang berbeda dari segi usia, derajat, ataupun pangkat. Bila pengguna kurang memahami budaya Jawa, ia dapat menimbulkan kesan negatif yang lebih besar.

3.    Bahasa Melayu Riau yang di pilih, dan bukan bahasa Melayu Pontianak, Banjarmasin, Samarinda, Maluku, Jakarta (Betawi), ataupun Kutai, dengan pertimbangan: Pertama, suku Melayu berasal dari Riau, Sultan Malaka yang terakhir pun lari ke Riau selepas malaka direbut oleh Portugis. Kedua, sebagai lingua franca, bahasa Melayu Riau yang paling sedikit terkena pengaruh misalnya dari bahasa Tionghoa Hokkien, Tio Ciu, Ke, ataupun dari bahasa lainnya.

4.    Pengguna bahasa Melayu bukan hanya terbatas di Republik Indonesia. Pada 1945, pengguna bahasa Melayu selain Republik Indonesia yaitu Malaysia, Brunei, dan Singapura. Pada saat itu, dengan menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan, diharapkan di negara-negara kawasan seperti Malaysia, Brunei, dan Singapura biasa di tumbuhkan semangat patriotic dan nasionalisme negara-negara jiran di Asia Tenggara.

1.      Peresmian Nama Bahasa Indonesia

Zaenal Arifin dkk (2009:7) bahasa indonesia dengan perlahan-lahan, tetapi pasti, berkembang dan tumbuh terus. Pada waktu akhir-akhir ini perkembangan itu menjadi demikian pesatnya sehingga bahasa ini telah menjelma menjadi bahasa modern, yang kaya akan kosakata dan mantap dalam struktur.

Pada tanggal 28 Oktober 1928, para pemuda kita mengikrarkan Sumpah Pemuda. Naskah Putusan Kongres Pemuda Indonesia Tahun 1928 itu berisi tiga butir kedaulatan tekad sebagai berikut:

Pertama      : Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpa darah yang satu, tanah Indonesia

Kedua       : Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbahasa yang satu, bangsa Indonesia.

Ketiga   : Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia

Dengan diikrarkannya Sumpah Pemuda, resmilah bahasa Melayu, yang sudah dipakai sejak pertengahan abad VII itu, menjadi bahasa indonesia.

Sedangkn menurut Yeti Mulyati (2011:4) bahasa Indonesia di resmikan pada tanggal 28 Oktober 1928, bahasa Indonesia resmi menjadi bahasa persatuan atau bahasa nasional. Nama bahasa Indonesia tersebut sifatnya adalah politis, karena setujuan dengan nama negara yang diidam-idamkan bangsa Indonesia mempunyai semangat juang bersama-sama dalam memperoleh kemerdekaan agar lebih merasa terikat dalam satu ikatan: Satu Tanah Air, Satu Bangsa, Satu Bahasa.

2.      Perkembangan Bahasa Indonesia

Sri Pamungkas (2012:1-3) Bahasa indonesia sebagai salah satu bahasa di dunia ini memiliki persan penting dalam kehidupan bangsa indonesia. Pentingnya peranan bahasa itu antara lain bersumber pada ikrar ketiga sumpah pemudan tahun 1928 yang berbunyi “kami poetra dan poetri indonesia mendjoenjoeng bahasa persatuan, bahasa indonesia.” Dan pada Undang-Undang Dasar kita yang di dalamnya tercantum pasal khusus yang menyatakan bahwa “ bahasa negara ialah bahasa indonesia”. Disamping itu, masih ada beberapa alasan mengapa bahasa indonesia in berkembang di kalangan masyarakat oleh hal-hal sebagai berikut.

1.      Arus pindah ke kota besar, seperti di jakarta, surabaya, dan lain-lain, yang merupakan tempat berkumpulnya pendatang yang berbeda-beda bahasa ibu, menciptakan keperluan akan alat perhubungan bersama. Jika orang itu menetap, anak-anaknya tidak jarang akan dibesarkan dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa pertamanya.

2.      Perkawinan antar suku kadang-kadang mendorong orang tua untuk berbahasa indonesia dengan anaknya. Hal itu terjadi jika kedua bahasa daerah yang dipakainya banyak berbeda.

3.      Bertalian dengan patokan kedua di atas, generasi muda golongan warga negara yang merupakan keturunan asing ada yang tidak lagi merasa perlu menguasai bahasa leluhurnya. Anaknya akan didik dengan bahasa Indonesia atau bahasadaerah yang dipakai di lingkungannya.

4.      Orang tua masa kini, yang sama atau berbeda latar budaya, ada yang mengambil keputusan untuk menjadikan anaknya penutur asli bahasa Indonesia.

Patokan yang kedua jelas menempatkan bahasa Indonesia di baris depan. Sebagai bahasa setempat, bahasa itu dipakai orang di daerah pantai timur Sumatra,  di pulau Riau dan bangka, daerah pantai Timur Sumatra, serta daerah Pantai Kalimantan. Jenis Kroel bahasa Melayu-Indonesia didapati di Jakarta dan Sekitarnya, Manado, Ternate, Ambon, Banda Aceh, Larantuka, dan Kupang. Sebagai bahasa kedua, pemencarannya dapat disaksikan dari ujung barat sampai ujung timur dan dari pucuk utara sampai kebatas selatan negeri Australia, Filiphina, Jepang, Korea, Rusia, dan lain-lain.

Menurut Yeti Mulyati dkk (2011:1-7) sejarah perkembangan bahasa ini dapat dibuktikan dengan adanya prasasti kedukan Bukit (683 M), Talang Tuo (684 M), Kota Kapur (686 M), Karah Barahi (686 M). Ketika bangsa Eropa pertama kali datang ke Indonesia, bahasa Melayu sudah mempunyai kedudukan yang luar biasa di tengah-tengah bahasa-bahasa daerah di nusantara ini. Pigefetta yang mengikuti perjalanan megalhean mengelilingi dunia, ketika kapalnya berlabuh di Tidore pada tahun 1521 menuliskan kata-kata melayu. Itu merupakan bukti yang jelas bahwa Bahasa Melayu yang berasal dari bagian barat Indonesia pada zaman itu pun sudah menyebar sampai ke bagian Indonesia yang berada jauh di sebelah timur.

Apa sebab justru bahasa melayu yang dijadikan bahasa nasional?  Manga bukan bahasa jawa atau bahasa sunda yang jumlah pemakainya meliputi hampir seluruh penduduk Indonesia. Juga bahasa yang kesusastraannya sudah maju dibandingkan dengan bahasa Melayu dan bahasa-bahasa lainnya? Prof. Dr. Slametmulyana mengemukakan faktor-faktor yang menjadi penyebabnya, sebagai berikut.

1.      Sejarah telah membantu penyebaran bahasa melayu. Bahasa Melayu merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa perhubungan atau bahasa perdagangan. Dengan bantuan para pedagang, bahasa Melayu disebarkan ke seluruh pantai Nusantara terutama di kota-kota pelabuhan. Bahasa Melayu menjadi bahasa perhubungan antara individu.

2.      Bahasa Melayu mempunyai sistem yang sederhana, mudah dipelajari. Tak dikenal tingkatan bahasa seperti dalam bahasa Jawa atau bahasa Bali, atau oerbedaan pemakaian bahasa kasar dan halus seperti dalam bahasa Sunda atau bahasa Jawa.

3.      Faktor psikolog, yaitu suku bahas Jawa dan Sunda telah dengan sukarela menerima bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, semata-mata didasarkan pada keinsafan akan manfaatnya ada keikhlasan mengabaikan semangat dan rasa kesukuan karena sadar akan perlunya kesatuan dan persatuan.

4.      Kesanggupan bahasa itu sendiri juga menjadi salah satu faktor penentu. Jika bahasa itu tidak mempunyai kesanggupan untuk dapat dipakai menjadi bahasa kebudayaan dalam arti yang luas, tentulah bahasa itu tidak akan dapat berkembang menjadi bahasa yang sempurna. Pada kenyataannya dapat dibuktikan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang dapat dipakai untuk merumuskan pendapat secara tepqat dan menutarakan perasaan secara jelas.

Waktu Jepang menyerah, tampak bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan makin kuat kedudukannya. Berkaitan dengan hal di atas, semua peristiwa tersebut menyadarkan kita tentang arti bahasa nasional. Bahasa nasional identik dengan bahasa nasional yang disadari oleh nasionalis, tekad, dan semangat kebangsaan. Bahasa nasional dapat terjadi meskipun eksistensi negara secara formal belum terwujud. Sejarah bahasa Indonesia berjalan terus seiring dengan bangsa pemiliknya.

3.      Peristiwa-Peristiwa Penting Yang Berkaitan Dengan Perkembangan Bahasa Melayu/Indonesia

Zaenal Arifin dkk (2009:8-11)Tahun-tahun penting yang mengandung arti sangat menentukan dalam sejarah perkembangan bahasa Melayu/Indonesia dapat dierincikan sebagai berikut:

1.      Pada tahun 1901 disusun ejaan resmi bahasa Melayu oleh Ch. A. Van Ophuijsen dan dimuat dalam Kitab Logat Melayu.

2.      Pada tahun 1908 pemerintah mendirikan sebuah badan penerbit buku-buku bacaan yang diberi nama Commissie voor de Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat), yang kemudian pada tahun 1917 diubah menjadi Balai Pustaka. Balai Pustaka menerbitkan buku-buku novel, seperti Sitti Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun bercocok tanam, penunutun memelihara kesehatan, yang tidak sedikit membantu penyebaran bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas.  Kehadiran dua novel itu di masa kini di toko buku menjadi bukti bahwa bahasa Indonesia sudah ada dan sudah dipakai sebelum tahun 1928.

3.      Tanggal 28 Oktober 1928 merupakan saat-saat yang paling menentukan dalam perkembangan bahasa Indonesia karena pada tanggal 28 Oktober 1928 itulah para pemuda pilihan memancangkan tonggak yang kukuh untuk perjalanan bahasa Indonesia.

4.      Pada tahun 1933 secara resmi berdiri sebuah angkatan sastrawan muda yang menanamkan dirinya pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alissjahbana dan kawan-kawan.

5.      Pada tanggal 25-28 Juni 1938 dilangsungkan Kongres Bahasa Indonesia I di Solo. Putusannya adalah bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan kita saat itu.

6.      Pada tanggal 18 Agustus 1945 ditandatanganilah Undang-Undang Dasar 1945, yang salah satu pasalnya (Pasal 36) menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara.

7.      Pada tanggal 19 maret 1947 diresmikan penggunaan Ejaan Republik (Ejaan Soewandi) sebagai pengganti Ejaan van Ophuijsen yang berlaku sebelumnya.

8.      Kongres Bahasa Indonesia II di Medan pada tanggal 28 Oktober-2 November 1945 memutuskan bahwa bangsa Indonesia bertekad untuk terus-menerus menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat sebagai bahasa nasional dan ditetapkan sebagai bahasa negara itu.

9.      Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Repoblik Indonesia meresmikan penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan melalui pidato kenegaraan di depan sidang DPR yang dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden No. 57, tahun 1972.

10.  Pada tanggal 31 Agustus 1972 mentri pendidikan dan kebudayaan menetapkan pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah resmi berlaku di seluruh Indonesia.

11.  Kongres Bahasa Indonesia III yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 28 Oktober – 2 November 1978 merupakan peristiwa yang penting bagi kehidupan bahasa Indonesia. Konres yang diadakan dalam rangka dalam rangka peringatan hari Sumpah Pemuda yang kelima puluh ini, selain memperlihatkan kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan bahasa Indonesia sejak tahun 1928, juga memutuskan untuk terus berusaha menetapkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.

12.  Kongres Bahasa Indonesia IV diselenggarakan di Jakarta pada 21-26 November 1983. Kongres ini diselenggarakan dalam rangka peringatan hari sumpah pemuda yang ke-55. Dalam putusannya disebutkan bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia harus lebih ditingkatkan sehingga amanat yang tercantum dalam garis-garis Besar Haluan Negara, yang mewajibkan kepada semua warga negara Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, dapat tercapai semaksimal mungkin.

13.  Kongres Bahasa Indonesia V juga diadakan di Jakarta pada tanggal 28 Oktober 3 November 1988. Kongres ini dihadiri oleh kira-kira tujuh ratus pakar bahasa Indonesia dari seluruh Nusantara dan peserta tamu dari negara sahabat, seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Belanda, Jerman, dan Australia. Kongres ini ditandai dengan dipersembahkannya karya besar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa kepada pecinta bahasa di Nusantara, yakni berupa (1) kamus Besar Bahasa Indonesia, dan (2) Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.

14.  Kongres Bahasa Indonesia VI diadakan di Jakarta pada tanggal 28 Oktober – 2 November 1993. Pesertanya sebanyak 770 pakar bahasa dari Indonesia dan 53 peserta tamu dari mancanegara (Australia, Brunei Darussalam, Jerman, Hongkong, India, Italia, Jepang, Rusia, Singapura, Korea Selatan, dan Amerika Serikat). Kongres mengusulkan agar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa ditingkatkan statusnya menjadi Lembaga Bahasa Indonesia, serta mengususlkan disusunnya Undang-Undang Bahasa Indonesia.

15.  Kongres Bahasa Indonesia VII diselenggarakan di Hotel Indonesia Jakarta pada 26-30 Oktober 1998. Kongres ini mengusulkan dibentuknya Badan Pertimbangan Bahasa dengan ketentuan sebagai berikut:

a.       Keanggotaannya terdiri atas tokoh masyarakat dan pakar yang mempunyai kepedulian terhadap bahasa dan sastra.

b.      Tugasnya ialah memberikan nasihat kepada Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa serta mengupayakan peningkatan status kelembagaan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

16.  Kongres Bahasa Indonesia VIII. Kongres ini diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 14-17 Oktober 2003.

BAB III

PEMBAHASAN

 

A.    Bagaimana Sejarah Bahasa Indonesia dan Perkembangan Bahasa Indonesia?

Bagaimana sejarah bahasa indonesia dan bagai mana perkembangan bahasa indonesia? Sejarah bahasa indonesia berasal dari bahasa Melayu yang dimana bahasa ini sudah telah lama ada di Nusantara terutama di pesisir timur Indonesia.

Seperti yang telah dikemukakan oleh Kurnawan Saputra (2017) Bahasa Indonesia adalah varian bahasa Melayu, sebuah bahasa Austronesia dari cabang bahasa-bahasa Sunda-Sulawesi, yang digunakan sebagai lingua franca

di Nusantara sejak abad-abad awal penanggalan modern. Aksara  pertama dalam bahasa Melayu atau Jawi ditemukan di pesisir tenggara Pulau Sumatera, hal tersebut mengindikasikan bahwa bahasa ini menyebar ke berbagai tempat di Nusantara dari wilayah ini, berkat penggunaannya oleh Kerajaan Sriwijaya yang menguasai jalur perdagangan. Istilah Melayu atau sebutan bagi wilayahnya sebagai Malaya sendiri berasal dari Kerajaan Malayu yang bertempat di Batang Hari, Jambi, dimana diketahui bahasa Melayu yang digunakan di Jambi menggunakan dialek "o" sedangkan dikemudian hari bahasa dan dialek Melayu  berkembang secara luas dan menjadi beragam. Pemerintah kolonial Hindia-Belanda menyadari bahwa bahasa Melayu dapat dipakai untuk membantu administrasi bagi kalangan pegawai pribumi karena penguasaan bahasa Belanda untuk para pegawai pribumi dinilai lemah. Pada awal abad ke-20 perpecahan dalam bentuk baku tulisan bahasa Melayu mulai terlihat. Pada tahun 1901, Indonesia sebagai Hindia-Belanda mengadopsi ejaan Van Ophuijsen dan pada tahun 1904 Persekutuan Tanah Melayu (kelak menjadi  bagian dari Malaysia) di bawah Inggris mengadopsi ejaan Wilkinson. Ejaan Van Ophuysen diawali dari penyusunan Kitab Logat Melayu (dimulai tahun 1896) van Ophuijsen, dibantu oleh Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Kemudian pada tahun 1908 Pemerintah Hindia-Belanda (VOC) mendirikan sebuah badan penerbit buku-buku bacaan yang diberi nama Commissie voor de Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat).

Dan juga didalam perkembangan indonesia. Bahasa mulai diresmikan pada tanggal 28 Oktober 1928 yang di deklarasikan oleh sumpah pemuda seperti yang sudah di kemukakan oleh Zaenal Arifin dkk (1985:7) bahasa indonesia dengan perlahan-lahan, tetapi pasti, berkembang dan tumbuh terus. Pada waktu akhir-akhir ini perkembangan itu menjadi demikian pesatnya sehingga bahasa ini telah menjelma menjadi bahasa modern, yang kaya akan kosakata dan mantap dalam struktur.

Pada tanggal 28 Oktober 1928, para pemuda kita mengikrarkan Sumpah Pemuda. Naskah Putusan Kongres Pemuda Indonesia Tahun 1928 itu berisi tiga butir kedaulatan tekad sebagai berikut:

Pertama      : Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpa darah yang satu, tanah Indonesia

Kedua       : Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbahasa yang satu, bangsa Indonesia.

Ketiga   : Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia

Dan bahasa indonesia berkembang sangat pesat dan di dukung oleh beberapa faktor seperti yang dikemukakan oleh Sri Pamungkas (2012:1-3) Bahasa indonesia sebagai salah satu bahasa di dunia ini memiliki persan penting dalam kehidupan bangsa indonesia. Pentingnya peranan bahasa itu antara lain bersumber pada ikrar ketiga sumpah pemudan tahun 1928 yang berbunyi “kami poetra dan poetri indonesia mendjoenjoeng bahasa persatuan, bahasa indonesia.” Dan pada Undang-Undang Dasar kita yang di dalamnya tercantum pasal khusus yang menyatakan bahwa “ bahasa negara ialah bahasa indonesia”. Disamping itu, masih ada beberapa alasan mengapa bahasa indonesia in berkembang di kalangan masyarakat oleh hal-hal sebagai berikut.

1.         Arus pindah ke kota besar, seperti di jakarta, surabaya, dan lain-lain, yang merupakan tempat berkumpulnya pendatang yang berbeda-beda bahasa ibu, menciptakan keperluan akan alat perhubungan bersama. Jika orang itu menetap, anak-anaknya tidak jarang akan dibesarkan dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa pertamanya.

2.         Perkawinan antar suku kadang-kadang mendorong orang tua untuk berbahasa indonesia dengan anaknya. Hal itu terjadi jika kedua bahasa daerah yang dipakainya banyak berbeda.

3.         Bertalian dengan patokan kedua di atas, generasi muda golongan warga negara yang merupakan keturunan asing ada yang tidak lagi merasa perlu menguasai bahasa leluhurnya. Anaknya akan didik dengan bahasa Indonesia atau bahasadaerah yang dipakai di lingkungannya.

4.         Orang tua masa kini, yang sama atau berbeda latar budaya, ada yang mengambil keputusan untuk menjadikan anaknya penutur asli bahasa Indonesia.

Menurut Zaenal Arifin dkk (2009:8-11) perkembangan bahasa indonesia ditunjang dengan Tahun-tahun penting yang mengandung arti sangat menentukan dalam sejarah perkembangan bahasa Melayu/Indonesia dapat dierincikan sebagai berikut:

1.      Pada tahun 1901 disusun ejaan resmi bahasa Melayu oleh Ch. A. Van Ophuijsen dan dimuat dalam Kitab Logat Melayu.

2.      Pada tahun 1908 pemerintah mendirikan sebuah badan penerbit buku-buku bacaan yang diberi nama Commissie voor de Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat), yang kemudian pada tahun 1917 diubah menjadi Balai Pustaka. Balai Pustaka menerbitkan buku-buku novel, seperti Sitti Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun bercocok tanam, penunutun memelihara kesehatan, yang tidak sedikit membantu penyebaran bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas.  Kehadiran dua novel itu di masa kini di toko buku menjadi bukti bahwa bahasa Indonesia sudah ada dan sudah dipakai sebelum tahun 1928.

3.      Tanggal 28 Oktober 1928 merupakan saat-saat yang paling menentukan dalam perkembangan bahasa Indonesia karena pada tanggal 28 Oktober 1928 itulah para pemuda pilihan memancangkan tonggak yang kukuh untuk perjalanan bahasa Indonesia.

BAB IV

PENUTUP

 

A.    Kesimpulan

Bahasa Indonesia merupakan suatu hal yang memiliki nilai persatuan sangat tinggi dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia ini. Sejarah yang  panjang telah membuktikan bahwa bahasa bukan hanya sekedar ucapan di bibir saja, melainkan sebuah simbol persatuan yang terbentuk berkat kerja keras para  pejuang bangsa demi terciptanya sebuah bahasa persatuan di negeri yang sangat  beranekaragam ini. Bahasa Indonesia ibarat sebuah batang yang menyatukan ranting-ranting, tanpa adanya kesatuan, akan sulit bagi masyarakat Indonesia dalam berkomunikasi. Bahasa Indonesia secara resmi diakui sebagai "Bahasa Persatuan Bangsa" pada saat Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Dengan  berbagai usaha yang dilakukan oleh pejuang bahasa kita, akhirnya bahasa Indonesia menjadi salah satu alat pemersatu bangsa yang akan selalu digunakan disepanjang sejarah kehidupan manusia Indonesia di masa mendatang.

B.     Saran

Dari hasil kesimpulan di atas, maka kami mengharapkan agar pembaca dapat memberikan saran-saran yang tidak menutup kemungkinan dapat mendatangkan manfaat bagi makalah ini, dimana berupa kritikan yang dapat membangun dan mengembangkan lagi makalah yang akan datang. Demikian beberapa kesimpulan yang dapat penulis sajikan dalam Makalah ini, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi kami pribadi.

DAFTAR PUSTAKA

 

SUMBER BUKU

Arifin, Zaenal dkk. 2009. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta. CV AKADEMIKA PRESSINDO.

Mulyati, yeti dkk. 2011.Bahasa Indonesia. Jakarta. Universitas Terbuka.

Pamungkas, Sri. 2012. Bahasa Indonesia Dalam Berbagai Perspektif. Yogyakarta. C.V ANDI OFFSET

SUMBER INTERNET

Guntur, Muhammad. (14 Oktober 2017). http://www.academia.edu.

Saputra, Kurnawan. (14 Oktober 2017). http://www.academia.edu.

Yulianto, Joko. (14 Oktober 2017). http://pascaunesa2011.blogspot.co.id


Comments